Liga Perkutut Indonesia telah memasuki tengah semester periode 2012, bergulir pertama di ajang Gubernur Jawa Timur Cup akhir februari 2012 dan minggu lalu 8 Juli 2012 di BBJ Cup Jember Jawa Timur, dan akan dakhiri untuk memasuki bulan puasa pada even Hamengku Buwono Cup Yogyakarta 15 Juli 2012.
LPI seri VI, 24 Juni SEMARANG dan seri VII BBJ Cup Jember 8 Juli 2012
Bertajuk Bengawan Solo Cup namun gelaran lomba diadakan di Akpol Semarang Jawa tengah, hal ini disebabkan lapangan korda Surakarta sedang dalam tahap pembangunan bersinergi dengan pasar burung Depok Solo.
Dengan posisi geografis yang berada di tengah pulau jawa, LPI seri VI ini dipadati oleh kungmania tanah air, terbukti dengan hadirnya peserta dari luar pulau jawa. Seperti biasa, peserta jabodetabek dan jawa timur lah yang terlihat begitu mendominasi lapangan lomba.
Jalannya lomba pada kelas piyik di hari sabtu cukup meriah, teriakan dan guyonan peserta kerap terdengar, tidak ada yang istimewa untuk diberitakan di kelas ini, selain piyik, ajang ini dapat dikatakan sebagai ajang latihan bersama, sebab banyak piyik yang dilombakan menurut beberapa kungmania adalah piyik “berjenggot”.
Sayang pada lomba dewasa di hari minggu, sempat terjadi kericuhan khususnya untuk posisi 5 besar, dimana salah satu putra tokoh gaek dari Surabaya melontarkan kata-kata dan permintaan yang sangat kasar pada seorang juri, permasalahan yang timbul ternyata kualitas perkutut di maksud, antara pendapat juri dengan sang pemilik terdapat perbedaan. Kasak kusuk, bisik bisik diantara kungMania yang berada di pinggir lapangan pada blok yang sama, ternyata “arogansi” pemilik sangat tidak pada tempatnya, serta yang memalukan masalah timbul hanya untuk jawara dengan kualitas 43 ½ (3 warna) untuk ditambahkan menjado 43 ¾ (3 warna plus hitam).
Kericuhan akhirnya dapat diselesaikan oleh ketua bidang penjurian pusat yang notabene adalah ayah mertua sang pemilik 🙂 . Lucunya cara penyelesaian masalah tersebut dengan cara sang ketua juri pusat meminta / memerintahkan pada sang juri untuk menambahkan bendera usulan pada perkutut dimaksud.
Perlu diketahui bersama, ketua bidang penjurian pusat, sejak tahun 2003 sesuai AD?RT tidak lagi memiliki wewenang dalam member perintah pada juri untuk menaikkan nilai. Ironis sekali, hal-hal yang sangat fatal ini tidak diketahui oleh para pengurus P3SI Pusat.
Untuk liputan lomba perkutut di Jember, kembali even BBJ ini memcahkan rekor dengan jumlah peserta terbanyak, dari 16 blok yang disediakan, semua gantangan terisi penuh, tidak ada satupun yang tersisa. Salut untuk kungMania Jawa Timur.
Hal yang menarik pada lomba di jember adanya pemasangan peringatan “DILARANG BERTERIAK” yang digantungkan pada tali pemisah arena lomba dengan jumlah yang sangat banyak. Akhirnya …… apa yang pernah ditulis dan dilaksanakan DKI dot com sejak tahun 2007 di jabodetabek mulai dirasakan penting oleh para pengurus Pusat.
TIGA LIMA TUJUH,
Saat ini ketiga angka itu sedang menjadi trend pembicaraan di kalangan kungMania penggiat lomba, dimana arti dari 3-5-7 adalah ketentuan/ syarat bunyi minimal bagi perkutut untuk mendapatkan bendera tanda kualitas. Seperti yang sering DKI dot com sampaikan sejak 5 tahun lalu, kembalilah ke AD/RT, akhirnya dengan kejadian di Palembang yang baru lalu, para petinggi di P3SI Pusat mulai merasakan pentingnya untuk menetapkan syarat bunyi 3-5-7 di setiap gelaran lomba perkutut.
Sudah menjadi kenyataan pada beberapa tahun terakhir perkutut berkategori juara LPI ternyata didalam melantunkan bunyi istimewanya hanya sanggup 3-4 kali, dan selanjutnya bunyi amburadul yang terdengar.
Syukurlah jika persyartan 3-5-7 ini terus dilaksanakan, harapan seluruh kungMania untuk mendapatkan jawara sejati kelak akan diperoleh, dan artinya tidak ada lagi bunyi-bunyi perkutut istimewa yang ada pada sebuah rekaman.
Jayalah perkutut tanah air, tetap bersatu di dalam NKRI
🙂